Gudang Ilmu Fandi
-

kursor

Minggu, 16 Juni 2013

Biobriket Bungkil Biji Jarak Paagar


  Tanaman jarak pagar merupakan tanaman serba-guna karena semua bagian tanaman dapat dimanfaatkan, mulai dari daun, buah, getah dan biji. Tanaman jarak pagar dapat bermanfaat sebagai pengendali erosi, pelindung kebun dan untuk kayu bakar. Biji jarak pagar mengandung 35-45 % minyak kurkas (curcas oil) yang digunakan sebagai obat gosok untuk penyakit encok, pembersih perut (pencahar), penyakit kulit dan mengobati rematik. Minyak dan biji jarak pagar juga dapat digunakan sebagai bahan baku biopestida (cair dan serbuk). Daunnya digunakan sebagai obat tradisional sakit perut, obat luka, obat penyakit kulit, untuk makanan ulat sutra, antiseptik dan anti radang. Daging buahnya bisa untuk pupuk hijau dan produksi gas. Getah jarak pagar digunakan sebagai obat kumur dan gusi berdarah serta obat luka. Sedangkan manfaat tanaman jarak pagar yang membuat banyak pihak tertarik me-ngembangkannya yaitu dari bijinya yang dapat menghasilkan minyak bio-diesel sebagai bahan bakar pengganti solar dan minyak tanah.

Bungkil biji jarak pagar

     Bungkil yang merupakan limbah dari pengepresan biji jarak pagar dapat digunakan sebagai bahan bakar, pupuk organik (kompos), biogas, dan juga berpeluang sebagai pakan ternak setelah dilakukan detoksifikasi (peng-hilangan racun) dari biji dan minyaknya. Bungkil jarak pagar merupakan bahan organik yang sangat baik dijadikan pupuk organik, karena mengandung nitrogen yang lebih tinggi dibandingkan beberapa jenis pupuk organik seperti pupuk kotoran sapi dan kotoran ayam. Bungkil biji jarak pagar yang merupakan limbah pengepresan biji jarak pagar dapat digunakan sebagai bahan bakar pengganti minyak tanah untuk kompor atau bahan bakar tungku. Dalam pengepresan biji jarak pagar akan diperoleh minyak dan bungkil, masing-masing sekitar 34 % dan 66 % dari bobot biji awal (Prastowo, 2008). Namun demikian kemampuan mesin pengepres hanya mampu memeras minyak maksimal 28 %. Jadi masih ada minyak yang tertinggal dalam bungkil minimal 6 % dari bobot biji awal. Oleh karena itu, bungkil masih dapat dibakar dengan baik dengan dibuat menjadi briket lebih dahulu agar mudah digunakan pada tungku sederhana. Sebenarnya jika sistem aerasi tungku baik, bentuk asli bungkil yang keluar dari pengepres dapat langsung masuk ke tungku dan dibakar. Hasil penelitian Umam (2007) melaporkan sifat fisiko kimia bungkil jarak pagar sebagai berikut 

Dari hasil analisis sifat fisikokimia bungkil jarak pagar IP–1P ternyata bungkil jarak pagar masih banyak mengandung minyak 16,48% dengan nilai kalor 4473 kal/gram, sehingga sangat berpeluang untuk digunakan sebagai biobriket.

 Briket

 Arang briket merupakan salah satu sumber energi alternatif yang dapat digunakan untuk menggantikan se-bagian dari kegunaan minyak tanah. Biobriket merupakan bahan bakar yang berwujud padat dan berasal dari sisa-sisa bahan organik. Bahan baku pembuatan arang briket pada umumnya berasal dari batubara, tempurung kelapa, serbuk gergaji dan bungkil sisa pengepresan biji-bijian. Karakteristik briket yaitu mudah disulut karena mengandung biomassa yang dapat membantu dalam penyulutan awal. Briket dapat digunakan pada sembarang anglo, untuk menggantikan minyak tanah, kayu bakar dan gas. Disamping itu briket juga tidak berasap/berbau, efisiensi pembakaran tinggi, pembakaran stabil dan ramah terhadap lingkungan. Produk biobriket yang dihasilkan diharapkan dapat dipakai di rumah tangga maupun industri kecil dan menengah untuk menggantikan energi panas dari bahan bakar minyak dan kayu bakar. Energi panas yang dihasilkan pada pembakaran bio-briket dapat dipakai antara lain untuk memasak, pengeringan hasil pertanian, peternakan, pembakaran bata, genteng, keramik, gerabah dan industri lainnya yang membutuhkan panas. Biobriket dari jarak pagar ini juga memungkinkan untuk digunakan dalam pemenuhan energi panas pada boiler uap, industri makanan dan sebagainya.

Pembuatan biobriket bungkil jarak pagar yaitu dengan cara mencampur bungkil dengan perekat yang terbuat dari pati kanji. Kanji dari pati sagu lebih baik dibandingkan pati dari aci ubikayu. Harliana (2008) melaporkan pembuatan biobriket bungkil biji jarak pagar menggunakan campuran arang sekam dan tepung tapioka sebagai bahan perekat. Digunakannya arang sekam sebagai campuran karena sekam ber-potensi sebagai bahan baku energi alternatif yang murah bagi masyarakat. Digunakannya bahan perekat pati karena bahan perekat ini tidak berasap sehingga lebih cocok bila digunakan di rumah tangga. Keuntungan lainnya yaitu jumlah perekat yang dibutuhkan lebih sedikit dibandingkan dengan bahan perekat hidrokarbon, kelemahannya adalah briket yang dihasilkan kurang tahan terhadap kelembaban.

Proses pembuatan biobriket bungkil biji jarak pagar
1. Penyiapan bahan
Bahan–bahan yang diperlukan antara lain bungkil biji jarak pagar kering, sekam, dan tepung tapioka sebagai perekat.
   a) Sekam dibakar dalam tempat tertutup di dalam tanah atau di dalam drum selama 20-30 menit kemudian ditutup, dihaluskan dan diayak menggunakan saringan berukuran 20 mesh. Dengan proses karbonisasi, sekam tidak akan langsung menjadi abu, tapi akan menjadi kristal berwarna hitam pekat yang mengandung unsur karbon (C) tinggi.
  b) Bungkil jarak pagar dikeringkan, dihaluskan dan diayak mengguna-kan saringan berukuran 20 mesh sehingga diperoleh ukuran yang seragam.
  c) Tapioka dilarutkan dalam air secukupnya kemudian dipanas-kan pada suhu ± 75ºC selama 30 menit. Selama pemanasan, larutan pati diaduk secara kontinyu agar panas yang diterima merata dan tidak terjadi penggumpalan di bagian bawah.
2. Pencampuran dan pencetakan bungkil biji jarak pagar dicampur dengan sekam yang sudah dibakar dengan perbandingan 90:10, kemudian ditambahkan larutan pati dan diaduk sampai rata selanjutnya dilakukan pencetakan. Pencetakan dilakukan secara sederhana dengan menggunakan pipa paralon (1,5 inch) yang dipotong-potong, tekan sampai padat kemudian dibuat ukuran sesuai keinginan dan dikeringkan.
3. Pengeringan dilakukan dengan menjemur di bawah sinar matahari langsung. Bila sinar matahari cerah pengeringan bisa dilakukan 2 hari sampai briket tersebut terasa ringan bila diangkat. Briket juga dapat dikeringkan dalam oven pada suhu 60ºC selama 24 jam. Setelah proses pengeringan selesai, biobriket siap digunakan. Dengan pembuatan biobriket ini petani dapat menghemat pemakaian bahan bakar minyak tanah, kayu bakar ataupun gas. Bahkan dapat memperoleh nilai tambah secara ekonomi apabila biobriket tersebut dikemas dengan baik dan dijual.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar