Gudang Ilmu Fandi
-

kursor

Kamis, 20 Juni 2013

Teknologi Batu Bara Ramah Lingkungan

pemanfaatan batubara sebagi sumber energi meningkat sangat signifikan untuk beberapa dekade terakhir. hal ini terkait dengan melonjaknya harga minyak dunia serta pesatnya pertumbuhan industri dunia. adanya isu global warming serta usaha peningkatan efisiensi dalam pemanfaatan batubara mendorong produsen maupun pengguna batubara berlomba mengembangkan teknologi batubara yang lebih ramah lingkungan.
produk gas utama hasil pembakaran adalah karbon dioksida. carbon dioksida merupakan kontributor terbesar penyebab efek rumah kaca, dimana atmosfer akan menahan panas dari sinar matahari yang terpentul dari bumi sehingga bumi menjadi lebih panas. efek dari keberadaan gas karbon dioksida sanagt mempengaruhi kehidupan bumi. isu perubahan iklim berhubungan dengan pengingklatan gas rumah kaca yang dihasilkan oleh pembakaran bahan bakar fosil, termasuk batubara. jumlah gas karbon dioksida sudahn melewati ambang batas yang mengakibatkan perubahan pola iklim global.
mengurangi dampak negatif pemanfaatan batubara maka beberapa negara telah sepakat memberlakukan pembatasan emisi karbon dioksida melalui karbon dioksida trading. logikanya adalah apabila pengguna batubara menghasilakan emisi gas karbon melebihi ambang batas maka mereka harus membayar penalti. sedangkan apabila nilai emisi masih dibawah nilai ambang batas maka selisih nilai emisi bisa diperjual belikan sebagan komoditas dalam pasar global.

beberapa teknologi power plant yang lebih efisien dan ramah lingkunagn antara lain :
  1. subcritical pulverize, subcritical beroprasi pada temperatur dan tekanan lebih tinggi (221bar) dimana efisiensi dicapai sampai 40% dibandingkan efisiensi pulverizer konvesional yakni 28%
  2. supercritical pulverizer, pengembangna dari subcritical dengan pengoprasian dalam temperatur dan tekana yang lebih tinggi lagi 230-265 bar dimana dapat meningkatkan efisiensi sebesar 45%
  3. ultra supercritical (USC), teknologi ini menggunakan meterial baja paduan tinggi yag lebih cangih sehingga memingkinakn pengoprasian dalam temperatur dan tekanan yang sangat tinggi (300bar) sehingga efisiensi dapat dicapai hingga 50%
  4. fluidized bed combustion (FBC), runag bakarnya mrnggunakan partikel inert yang berfungsi sebagai media fluiidized sehinga sistem stabil dan temperatur terditribusi merat keseluruhan bagian ruang bakar sehingga efisiensii dapat dicapai hingga 45%.
  5. integrated gasification combined cycle (IGCC), gabungan tubin gas danuap dimana gas yang dihasilkan dari gasifier dialirkan ke turbin gas dan temperatur gas yang masih tinggi digunakan untuk menghasikan uap untuk dialirkan ke turbin uap. efisiensi dicapai sampai 50%
selain pengembangan teknologi diatas, dikembangkan pula teknologi untuk mengurangi emisi gas karbon ke lingkungan dalam jumlah besar. seprti :
  1. carbon capture storage (CCS), teknologi yang diintegrasikan untuk menangkap, menyimpan, dan menyuntikkan gas karbon dioksida hasil power plant kedalam sumur minyak/gas tua.
  2. zero emission power plant (ZEPP), teknologi terintegrasi antara gasifikasi dengan css untu recovery carbon dimana batubara dirubah menjadi gas. gas buang hasil pembakaran yang masih mengandung karbon akan disimpan dalam css sehingga akan dihasilkan gas buang bebas emisi carbon, sulfur dan nitro.
beberapa mekanisme yang sudah umum dugunakan untuk dapat mrngontrol emisi gas sulfur, nitro dan debu partikulat antara lain :
  1. flue gas desulphurization (FGD), teknologi untuk mengurangi emisi gas sulfur oksida dengan menyuntikkan limestone cair pada gas buang sehingga akan mengikat sulfur menjadi gipsum. emisi gas sulfur merupakan faktor utama menyebabkan pemicu terjadinya hujan asam.
  2. electrostatic precipitator (ESP), teknologi untuk menangkap debu partikulat terbang dari emisi gas buang dengan arus listrik sehingga debu partikulat akan menempel pada cerobong, peleppasan partikulat debu dalam jumlah besar kelingkungan akan menyebabkan pencemaran udara parah.
  3. low NOxburner, teknologi pembakaran pada temperatur yang blebih rendah sehingga reaksi pembentukkan NOx dapat dikontrol, emisi gas NOx merupakan salah satu pemicu terjadinya hujan asam dan asap.
  4. selective catalystic and non catalytic reduction, teknologi untuk mengurangi emisi NOx dengan mengubahnya menjadi N2 dan H2O melalui sejumlah reaksi kimia dengan menambahkan urea atau ammonia pada gas buang.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar